sharing saham 1
Pertama2, utk memahami apakah pasar saham benar2 bisa melanjutkan kenaikan secara stabil, berkelanjutan, dan jangka panjang, sebenarnya kita hanya perlu menjawab 1 pertanyaan penting: dlm kondisi seperti apa pasar saham bisa mengalami kenaikan jangka panjang seperti itu?
Lewat peninjauan terhadap sejarah, kita bisa menemukan pola yg berulang, lalu dari sana menilai apakah kondisi pasar saat ini memenuhi syarat2 tsb, sehingga kita bisa setup strategi investasi yg sesuai.
Mari kita mulai dgn meninjau bbrp fase kenaikan stabil jangka panjang dlm sejarah pasar saham negara kita. Sejak krisis keuangan Asia tahun 1998, kalau kita analisa dari sudut pandang siklus historis, kita bisa membaginya secara kasar ke dlm 5 tahap kenaikan berkelanjutan, di mana dlm kelima tahap ini, pasar saham kita menunjukkan pola kenaikan hampir tanpa henti, membentuk karakteristik "bull market" yg sangat jelas.
Contohnya, pada periode 1998-1999, IHSG naik dari 300 poin ke 600 poin, mencatatkan kenaikan sebesar 100% dlm waktu 2 tahun. Kenaikan ini terutama disebabkan oleh pemulihan ekonomi Asia dan derasnya aliran masuk modal asing.
Lalu pada periode 2003-2007, IHSG melonjak dari 400 poin menjadi 2.800 poin, atau naik sebesar 600% dlm kurun waktu 4 tahun, yg didorong oleh ekspansi ekonomi global dan booming komoditas.
Berikutnya, pada periode 2009-2013, setelah krisis keuangan global, IHSG kembali naik dari 1.300 poin ke 5.000 poin, membukukan kenaikan sebesar 280% dlm waktu 4 tahun, berkat kebijakan pelonggaran moneter global serta pemulihan ekonomi di kawasan ASEAN.
Pada periode 2015-2018, IHSG naik dari 4.300 poin ke 6.500 poin, mencatatkan kenaikan sebesar 50% dlm kurun waktu 3 tahun, terutama didorong oleh proses integrasi ASEAN dan pertumbuhan konsumsi domestik.
Kemudian pada periode 2020-2024, IHSG kembali naik dari 4.400 poin ke 8.000 poin, mengalami kenaikan sebesar 80% dlm waktu 4 tahun, yg sebagian besar disebabkan oleh stimulus ekonomi pasca pandemi serta kenaikan harga energi.
Kalau kita lihat dari kelima fase ini, IHSG mencatatkan akumulasi kenaikan yg sangat signifikan, dgn tingkat volatilitas yg relatif rendah, sehingga membentuk tren kenaikan yg stabil. Selain itu, durasi setiap tren biasanya berlangsung antara 2-4 tahun.
Kelima fase ini punya 1 ciri2 yg sama, yaitu pasar saham hampir terus naik tanpa mengalami koreksi besar. Ini berarti, selama fase2 tsb, selama kalian bisa membeli saham dan sabar hold, kemungkinan besar kalian bisa memperoleh profit. Yg lebih penting lagi, kalau kalian bisa memilih saham2 unggulan, maka peluang utk menghasilkan return yg lebih tinggi dibandingkan investor lain akan jauh lebih besar.
Kalau kita simpulkan dari semua fase sejarah ini, kalian bisa lihat bahwa kenaikan jangka panjang pasar saham umumnya didorong oleh kombinasi 4 faktor utama: pemulihan ekonomi makro, dukungan kebijakan, booming sektor tertentu, dan aliran masuk dana investasi yg besar.
Tentu aja, keempat faktor utama ini buat bnyk teman2 yg mungkin terasa terlalu makro, sehingga terasa sulit utk benar2 dipahami secara mendalam atau dijadikan dasar utk mengambil keputusan investasi yg efektif.
Supaya kalian bisa lebih mudah memahami pola siklus ini secara lebih konkret, kita bisa lanjutkan dgn membandingkan pergerakan pasar saham AS secara keseluruhan dgn siklus historis pasar saham negara kita.
Lewat perbandingan ini, kita bisa melihat bahwa, kecuali pada periode khusus yaitu krisis keuangan Asia tahun 1997, siklus kenaikan pasar saham AS hampir sepenuhnya sejalan dgn siklus kenaikan pasar saham negara kita.
Namun, siklus kenaikan antara pasar saham AS dan pasar saham kita sebenarnya tdk sepenuhnya bergerak secara sinkron. Perbedaan terbesar muncul pada tahun 2013 dan 2019, di mana setelah fase kenaikan berakhir, pasar saham kita justru memasuki periode penurunan, sementara penurunan di pasar saham AS pada saat itu relatif tidak terlalu terlihat.
Sekarang mari kita tinjau kembali 4 faktor utama yg kita simpulkan sebelumnya sbg pendorong kenaikan pasar saham: pemulihan ekonomi makro, dukungan kebijakan, booming sektor tertentu, dan aliran masuk dana investasi.
Sekilas, keempat faktor ini tampak seperti faktor internal yg murni berasal dari dalam negeri kita sendiri, dan seolah2 menjadi alasan utama kenaikan jangka panjang pasar saham kita. Namun, begitu kita membandingkannya dgn pergerakan pasar saham AS, kita akan menemukan satu paradoks yg menarik.
Kalau faktor2 ini murni internal, kenapa saat faktor2 tersebut muncul, pasar saham ASjuga ikut naik? Padahal, kebijakan makroekonomi negara kita seharusnya tdk langsung berpengaruh ke AS.
Di sinilah banyak teman2 yg sering salah paham, mengira bahwa kebijakan makro kita benar2 berdiri sendiri. Padahal kenyataannya, sebagian besar kebijakan makro kita, dlm skala besar, sangat sinkron dan cenderung menyesuaikan diri dgn arah kebijakan yg diambil AS.
Contohnya, ketika ekonomi AS mulai memasuki fase pemulihan, The Fed biasanya akan menerapkan kebijakan moneter yg longgar utk mendorong pertumbuhan ekonomi. Kebijakan pelonggaran ini kemudian menyebar lewat aliran dana global dan perdagangan internasional, akhirnya berdampak ke negara kita.
Pada saat itu, negara kita biasanya ikut melakukan penyesuaian, baik lewat pelonggaran kebijakan maupun upaya mendorong pertumbuhan domestik, supaya bisa mempertahankan daya saing ekonomi lokal dan menarik aliran modal asing.
Sebaliknya, ketika ekonomi AS memasuki fase pengetatan, The Fed akan menaikkan suku bunga atau melakukan pengurangan neraca (quantitative tightening), yg mengakibatkan aliran dana global kembali ke ASd an memperlambat perdagangan internasional. Pada kondisi ini, ekonomi kita pasti terkena dampaknya, dan negara kita biasanya akan segera menyesuaikan kebijakan utk menstabilkan kurs mata uang dan mengantisipasi tekanan dari aliran keluar dana asing.
Jadi, kecenderungan sinkronisasi kebijakan ini pada dasarnya berasal dari keterkaitan erat ekonomi global, di mana AS, sbg pusat inti ekonomi dunia, lewat perdagangan dan aliran dana global, secara mendalam mempengaruhi kebijakan moneter negara kita.
Karna itu, sinkronisasi kebijakan ini juga menjelaskan kenapa, setelah fase kenaikan jangka panjang berakhir, meskipun pasar saham AS mengalami penurunan, tp biasanya tingkat penurunan di pasar saham kita jauh lebih dalam. Ini krna struktur ekonomi kita yg sangat bergantung pada ekspor, sehingga jauh lebih sensitif terhadap fluktuasi perdagangan global.
Ketika ada guncangan eksternal, dampaknya terasa lebih cepat dan berat di negara kita: aliran dana keluar, perlambatan ekonomi, dan akhirnya koreksi yg lebih tajam di pasar saham. Sebaliknya, ekonomi AS yg berbasis konsumsi domestik jauh lebih tahan terhadap guncangan eksternal.
Pada level yg lebih dalam lagi, kita bisa lihat bahwa pendorong utama siklus makroekonomi dan kebijakan negara kita tetap sangat bergantung pada arah ekonomi dan kebijakan moneter AS. Karna itu, kalau kita ingin melihat pasar saham kita mengalami kenaikan stabil dlm jangka panjang, syarat pertamanya adalah, pasar saham AS harus lebih dulu memasuki fase kenaikan stabil dlm jangka panjang.
Dan hal ini kembali menguatkan 1 poin penting yg udh berkali2 sy share ke kalian sebelumnya, yaitu ada kemungkinan besar bahwa pada bulan Juni nanti, pasar saham AS akan mengalami penurunan yg cukup signifikan.
Sekarang, kalau kita kaitkan dgn penjelasan kita tadi, kita bisa menganalisis risiko ini lebih dalam. Berdasarkan data historis, kita udh tau bahwa pasar saham AS dan pasar saham kita punya keterkaitan siklus yg sangat erat, terutama saat fase penurunan, hubungan ini bahkan semakin kuat.
Ketika pasar saham AS turun, biasanya penurunan di pasar saham kita jauh lebih tajam. Contohnya bisa kita lihat saat krisis utang Eropa tahun 2013 dan perang dagang tahun 2019, di mana saat itu, penurunan di pasar saham kita jauh lebih dalam dibandingkan penurunan yg terjadi di pasar saham AS.
Pada saat krisis keuangan tahun 2008 dan guncangan pandemi tahun 2020, kita juga melihat pola yg sama, di mana pasar saham negara kita mengalami penurunan yg jauh lebih besar dibandingkan pasar saham AS. Ini memperkuat kesimpulan bahwa kalau pasar saham AS turun, besar kemungkinan pasar saham kita akan ikut turun, bahkan dgn tingkat penurunan yg lebih dalam, mengingat ekonomi kita jauh lebih sensitif terhadap guncangan global.
Dari sini, muncul 1 pertanyaan yg saat ini banyak teman2 tanyakan: kenapa sy menilai bahwa pasar saham AS berpeluang besar mengalami penurunan pada bulan Juni?
Skrg kalian semua udh tau bahwa kebijakan tarif sepenuhnya yg diusulkan Trump saat ini diberikan masa penundaan selama 90 hari. Artinya, kalau negosiasi tdk berhasil mencapai kesepakatan, penerapan tarif penuh itu akan mulai diberlakukan sekitar bulan Juli.
Namun, bnyk teman2 mungkin tdk terlalu memperhatikan 1 hal penting, yaitu kenapa Trump justru memilih menunda selama 90 hari?
Karna pada tgl 30 Juni 2025 nanti, AS akan menghadapi jatuh tempo sebesar 6,5 triliun USD dari surat utang jangka pendek. Surat utang ini hampir seluruhnya adalah obligasi bertenor 5 tahun yg diterbitkan pada tahun 2020, saat pandemi Covid-19 melanda.
Waktu itu, utk menghadapi dampak pandemi, pemerintah AS menjalankan kebijakan moneter yg sangat longgar, bahkan memangkas suku bunga dana federal hingga ke level terendah dlm sejarah, yaitu 0,25%. Namun skrg, suku bunga di AS bertahan di level yg jauh lebih tinggi, yaitu sekitar 4,5%.
Hal ini membawa 1 persoalan serius: dana pemerintah AS saat ini hanya tersisa beberapa ratus miliar USD aja, sementara kewajiban utang jangka pendek yg segera jatuh tempo mencapai 6,5 triliun USD. Ini berarti, dana yg dimiliki pemerintah skrg jauh dari cukup utk membayar seluruh utang yg akan jatuh tempo tersebut.
Kekurangan dana sebesar ini hampir mustahil bisa ditutupi hanya lewat penerimaan fiskal atau pajak. Bahkan jika seluruh pendapatan pemerintah dialokasikan sepenuhnya utk membayar utang, tetap aja tdk akan cukup utk menutup kewajiban yg jatuh tempo, apalagi mempertahankan pengeluaran rutin pemerintahan sehari2.
Jelas bahwa pemerintah AS tdk mampu melunasi utang sebesar itu secara lgsg. Satu2nya opsi yg tersedia adalah menerbitkan utang baru utk membayar utang lama, yaitu menggunakan skema rollover utang utk mengatasi krisis jatuh tempo ini.
Memang, skema rollover utang seperti ini adalah strategi yg umum dipakai pemerintah saat menghadapi jatuh tempo surat utang, yaitu dgn menerbitkan obligasi baru utk melunasi obligasi lama. Namun, dlm kondisi suku bunga yg tinggi seperti saat ini, kalau pemerintah AS memutuskan utk menerbitkan surat utang yg baru, beban bunga tahunan mereka akan melonjak dgn sangat cepat.
Inilah alasan yg mendasar kenapa belakangan ini Trump terus-menerus mendesak The Fed utk segera menurunkan suku bunga. Menghadapi jatuh tempo 6,5 triliun USD surat utang jangka pendek pada 30 Juni 2025, pemerintah AS sangat membutuhkan penurunan biaya rollover utang secepat mungkin.
Trump berharap, lewat penurunan suku bunga, beban bunga utang bisa ditekan secara signifikan, sehingga mengurangi tekanan fiskal yg kian berat. Namun kenyataannya, sekalipun The Fed mulai memangkas suku bunga, tetap tdk mungkin dlm waktu hanya 2 bulan menurunkan suku bunga dari 4,5% langsung ke 0,25%.
Apalagi, sampai saat ini The Fed bahkan belum benar2 memasuki fase pemangkasan suku bunga yg substansial. Ini berarti, sebelum utang jangka pendek tersebut jatuh tempo pada bulan Juni, jadi pemerintah AS hanya punya 2 pilihan:
1.Menerbitkan utang baru dgn bunga tinggi, yaitu meminjam sebesar 6,5 triliun USD dgn tingkat bunga 4,5%, di mana biaya bunga tahunannya diperkirakan mencapai sekitar 300 miliar USD, dan dlm 5 tahun, total bunga yg harus dibayarkan akan membengkak hingga 1,5 triliun USD, sehingga memperburuk tekanan fiskal yg udh ada.
2.Gagal bayar utang, jika pemerintah AS tdk mampu menerbitkan utang yg baru, maka mereka mungkin terpaksa memilih opsi gagal bayar, yg akan menyebabkan fluktuasi besar di pasar keuangan global. Kedua pilihan ini sama2 membawa ancaman yg besar, baik terhadap stabilitas ekonomi AS maupun terhadap ketahanan pasar global secara keseluruhan.
Banyak teman2 yg mungkin berpikir bahwa obligasi pemerintah AS, sebagai aset terbesar dan paling stabil di dunia, pasti tdk akan dibiarkan pembayarannya gagal oleh pemerintah AS. Karna gimanapun juga, obligasi pemerintah AS adlh fondasi utama dari dominasi USD dlm sistem keuangan global. Kalau sampai terjadi gagal bayar, hal itu akan mengguncang posisi USD dan seluruh sistem keuangan dunia.
Namun, di sinilah banyak orang2 yg mudah terjebak dlm kesalahan persepsi lain. Pada sharing hari ini, mari kita renungkan 1 pertanyaan penting: meskipun obligasi AS diterbitkan oleh pemerintah AS, tetapi tingkat bunganya ditentukan oleh The Fed. Bahkan, The Fed juga merupakan pembeli terbesar obligasi pemerintah AS.
Namun ada 1 hal penting, yaitu meskipun The Fed adlh lembaga yg menentukan suku bunga USD, tetapi The Fed sepenuhnya tdk berada di bawah kendali pemerintah AS.
Independensi ini menyebabkan terjadinya permainan tarik ulur yg rumit antara The Fed dan pemerintah AS. Ketua The Fed saat ini, Jerome Powell, memang diangkat oleh Trump, namun saat ini Powell justru tdk mau menuruti permintaan Trump utk segera menurunkan suku bunga. Bahkan, minggu ini Trump beberapa kali mengeluarkan pernyataan ingin memecat Powell.
Hal ini juga menjadi salah satu penyebab turunnya pasar saham secara keseluruhan pada hari Senin, dan hal ini pasti masih kalian ingat. Akar dari tarik ulur ini terletak pada perbedaan kepentingan yg sangat mendasar di antara keduanya. Kita harus pahami bahwa The Fed sebenarnya mewakili kepentingan konsorsium bank2 besar di AS.
Melalui sistem USD, The Fed dan kelompok bank ini memperoleh profit yg sangat besar. Jika suku bunga diturunkan secara drastis, pendapatan bunga mereka akan anjlok tajam, sehingga merugikan kepentingan utama mereka. Sementara itu, pemerintah AS harus menjaga kelangsungan sistem dominasi USD. Jika sampai pembayaran utang gagal, maka status USD akan terguncang dan kredibilitas pemerintah AS akan mengalami kerusakan besar.
Karna itu, The Fed dan pemerintah AS memang memiliki kepentingan bersama dlm mempertahankan arah dominasi USD secara keseluruhan. Namun, saat menghadapi situasi hidup dan mati, masing2 pihak pasti akan lebih mengutamakan perlindungan terhadap kepentingan utama mereka sendiri. Bagi The Fed, yg menjadi prioritas adlh menjaga keuntungan bank2 besar, sedangkan bagi pemerintah AS, prioritas utamanya adlh memastikan kelangsungan operasi fiskal negara.
Namun kita harus pahami, pemerintah AS memiliki keunggulan yg tdk dimiliki oleh The Fed, yaitu kekuatan militer yg luar biasa. Keunggulan ini memungkinkan pemerintah AS utk menggunakan pengaruh geopolitik guna menarik aliran dana global masuk ke dalam sistem mereka. Bahkan dlm kenyataannya, meskipun terjadi gagal bayar utang, pemerintah AS tetap bisa menggunakan kekuatan militer sebagai alat untuk mempertahankan kepercayaan pasar.
Saat ini, total utang pemerintah AS yg mencapai 36 triliun USD, bagi pemerintah AS, ibaratnya sebuah rumah tua yg udh rusak parah. Fondasinya udh rapuh, dan sewaktu2 bisa runtuh.
Menghadapi situasi yg genting seperti ini, pemerintah AS dihadapkan pada pilihan yg sangat sulit: apakah mereka akan terus memperbaiki dan mempercantik rumah tsb, yaitu dgn terus menerbitkan utang yg baru utk membayar utang lama dan memperpanjang umur sistem ini, ataukah mereka akan memilih menghancurkannya dan membangun kembali dari awal, yaitu sengaja memicu krisis besar utk kemudian bangkit kembali dari kehancuran.
Kalau itu adlh pilihan yg harus km ambil, kamu memang bisa memilih utk terus memperbaiki dan mempercantik rumah tua ini. Namun, perbaikan seperti ini hanyalah membuat rumah tersebut terlihat sedikit lebih baik dlm waktu singkat, tanpa benar2 mengubah masalah dasarnya, yaitu fondasi yg udh rusak.
Rumah ini tetap aja berisiko runtuh kapan aja, karna biaya bunga yg tinggi terus-menerus menggerogoti kekuatan fiskal. Perbaikan semacam ini sebenarnya hanya menunda datangnya krisis. Di sisi lain, km jg punya pilihan lain, yaitu menghancurkan rumah ini secara langsung, lalu membangunnya kembali dari awal.
Artinya, secara sengaja memicu krisis ekonomi global, lalu menggunakan kekuatan militer AS utk mempertahankan ketertiban dan memaksa pemulihan ekonomi secara cepat. Dengan cara ini, AS bisa membangun kembali sistem USD yg baru, dan menjadi negara pertama yg bangkit dari kehancuran, dgn kata lain, “membangun rumah baru” lebih kokoh dari sebelumnya.
Pada akhirnya, gimana pilihan yg akan diambil oleh pemerintah AS, kita akan melihat jawabannya sebelum tgl 30 Juni 2025. Namun yg pasti, jatuh tempo utang yg besar ini adlh sesuatu yg tdk bisa dihindari, dan potensi risiko yg ditimbulkannya akan membawa dampak yg sangat mendalam terhadap pasar global.
Mungkin ada di antara teman2 yg bertanya2, bagaimana mungkin AS dengan sengaja memicu krisis ini. Namun, kalau kalian pernah merasakan keputusasaan yg terjadi saat krisis keuangan thn 2008, sy yakin kalian akan sepenuhnya memahami bahwa kejadian seperti ini benar2 mungkin terjadi.
Hal paling beruntung dlm perjalanan sy adlh, saat krisis keuangan thn 2008 berlangsung, sy tdk mengejar instrumen investasi yg menawarkan pendapatan tertinggi saat itu, melainkan fokus pada pasar saham. Pilihan ini yg membuat sy mampu bertahan melewati thn 2008, dan bahkan mendapatkan keuntungan pertama sy yg cukup besar utk mewujudkan kebebasan finansial dlm hidup sy.
Pengalaman di thn 2008 juga membuat sy memahami dgn sangat jelas bahwa setiap kali terjadi krisis pasar, akan selalu ada sekelompok investor yg terjebak dlm keputusasaan, namun di saat yg sama, ada kelompok lain yg justru berhasil meningkatkan kekayaan mereka. Ini menunjukkan bahwa dlm situasi krisis, menjadi kelompok yg mana sepenuhnya bergantung pada pilihan investasi yg km ambil.
Meskipun krisis membawa fluktuasi yg besar di pasar, tp pada saat yg sama, ia jg menciptakan peluang yg langka utk membeli aset2 yg nilainya sedang terdiskon besar2an. Pola pembentukan perbedaan kekayaan ini pun tetap berlaku di situasi saat ini.
Meskipun pasar skrg mengandung risiko potensial, namun sebelum pemerintah AS benar2 mengambil keputusan akhir, tren kenaikan di pasar saham masih akan berlanjut. Inilah kesempatan berharga bagi kita utk terus mengakumulasi modal dan memperkuat pondasi kekayaan kita ke depannya.
Karna itu, hal yg harus kita lakukan skrg adlh memanfaatkan sepenuhnya fase kenaikan yg sedang berlangsung ini, berusaha semaksimal mungkin utk mengumpulkan modal, dan mempersiapkan diri menghadapi perubahan besar yg akan terjadi di masa depan.
Begitu krisis ini benar2 terjadi, ekonomi global akan masuk ke dlm periode resesi yg dalam. Namun setelah krisis berakhir, AS dgn kekuatan militernya dan keunggulan geopolitiknya, akan menjadi negara yg ekonominya pulih paling cepat di dunia. Pasar saham AS juga akan segera berbalik arah, dari penurunan menjadi kenaikan besar2an.
Pasar saham negara kita pun, pada akhirnya, akan mengikuti dan mengalami rebound yg cepat. Inilah mungkin menjadi kesempatan terakhir dlm waktu dekat bagi banyak teman2 utk mewujudkan kenaikan ygbesar dlm pencapaian kelas kekayaan mereka.
Terkait dgn gimana potensi krisis ini bisa terjadi, aset2 apa aja yg kemungkinan besar akan terus naik, serta kenapa saat ini harga emas dan Bitcoin melonjak tajam, sebenarnya semua itu memiliki keterkaitan yg sangat dalam dgn jatuh tempo utang pemerintah AS di bulan Juni ini.
Inilah sebabnya, sejak awal tahun ini saat kita mulai berinteraksi, sy selalu menyarankan kalian utk secara bertahap mulai membeli aset2 safe haven. Sy sendiri jg terus melakukan pembelian aset2 safe haven setiap bulan dgn metode DCA.
Permintaan perlindungan aset inilah yg mendorong lonjakan besar pada harga emas dan Bitcoin. Krna emas dan Bitcoin sbnrnya jg termasuk bagian dari aset milik AS. AS bukan hanya negara penerbit obligasi terbesar di dunia, tetapi juga menguasai sekitar 26% cadangan emas dunia dan sekitar 19% total Bitcoin yg beredar.
Oleh karna itu, saat krisis utang AS mendorong dana global mencari perlindungan, pemerintah AS memilih utk menaikkan harga emas dan Bitcoin, kedua aset yg masih berada di bawah kendali mereka, sebagai cara utk menarik kembali aliran dana. Strategi ini bukan hanya membantu menjaga stabilitas sistem USD, tetapi sekaligus juga menjadi fondasi penting utk pemulihan ekonomi pasca krisis nanti.
Karna itu, bahkan jika krisis utang pemerintah AS benar2 terjadi, kenaikan tajam harga emas dan Bitcoin tetap akan memberikan bantalan penting bagi ekonomi AS. Kenaikan nilai aset ini bisa membantu mengimbangi sebagian kerugian akibat gagal bayar, sekaligus melalui kekuatan militer AS, menarik kembali aliran dana global utk masuk ke dalam sistem mereka.
Inilah sumber kepercayaan diri yg membuat pemerintah AS mungkin berani memilih utk memicu krisis ini. Maka dari itu, setelah sharing malam ini selesai, sy berharap kalian semua bisa melakukan beberapa hal sbg berikut:
1.Sabar hold perusahaan unggulan
Meskipun kita tdk boleh secara membabi buta optimis apakah pasar saham bisa terus naik, tp kita tetap perlu sabar hold perusahaan2 unggulan. Manfaatkan pemulihan pasar saham saat ini utk memperoleh return yg stabil, akumulasi dana, dan persiapkan diri utk menghadapi potensi krisis yg akan datang.
2.Hindari investasi berisiko tinggi
Begitu krisis utang pemerintah AS terjadi, sebagian besar investasi berisiko tinggi, seperti opsi dan waran, akan menjadi sektor pertama yg mengalami kemunduran besar. Investasi2 ini, krna leverage yg tinggi dan likuiditas yg rendah, sangat rentan hancur di tengah krisis. Sebagai contoh, saat krisis keuangan thn 2008, para investor opsi rata2 mengalami kerugian 80%-90%. Karna itu, saat ini kita harus menghindari jenis investasi ini, agar bisa mengurangi kerugian di masa krisis.
3.Sabar hold aset safe haven
Jika kalian hold emas atau Bitcoin, pastikan utk tetap sabar memegangnya. Sebab, krisis akan mendorong naiknya permintaan terhadap aset safe haven ini, dan harga emas serta Bitcoin akan terus mengalami kenaikan. Namun, sy hanya menyarankan utk hold aset fisik atau spot aja, bukan instrumen derivatif.
Posting Komentar untuk "sharing saham 1"